Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Sudah Puasa Tapi Belum Merasakan Taqwa?

Kamis, 14 April 2022



Oleh: Rinica M

Tak terasa ramadhan sudah di pekan kedua ya shalihah. Apakah masih semangat? Semoga masih kuat, dan dalam kondisi sehat. Ngomong-ngomong, apakah ada yang pernah bertanya: "kan sudah puasa, kok belum merasakan takwa ya?"

Yup, mungkin memang ada yang memiliki problem serupa. Puasa Ramadhan ya puasa, tapi setelahnya kembali biasa-biasa saja, kembali seperti rutinitas selain bulan Ramadhan. Bukankah katanya puasa agar bertakwa?

Sobat sholihah, dalam Alquran Surat Al-baqarah ayat 183, perintah puasa memang diakhiri dengan kalimat la'allakum tattaquun (agar kalian bertakwa). Namun, di bagian yang lain pun sebenarnya juga ada ayat yang ujungnua serupa, mengarahkan agar menjadi takwa. Di antaranya dapat dilihat pada Alquran Surat Al-baqarah ayat 21,  Al-baqarah ayat 179, Al-an'am ayat 153.

Dari sini, maka dapat diketahui jika puasa bukan satu-satunya amalan yang bisa menghantarkan pada derajat takwa. Artinya untuk mencapai takwa perlu menyempurnakan dengan amalan lainnya alias tidak cukup dengan sebatas menahan diri dari makan dan minum saja. Lantas apa dong yang harus disiapkan agar bisa menjadi orang bertakwa? Untuk menjawabnya, maka kita perlu kenal lebih dalam dulu dengan apa itu takwa. 

Suatu ketika, Abu Hurairah ditanya oleh seseorang, ''Wahai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?'' Abu Hurairah tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan satu ilustrasi.

''Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?'' Orang itu menjawab, ''Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.'' Abu Hurairah cepat berkata, ''Itulah dia takwa!'' (HR Ibnu Abi Dunya).

Kata takwa, menurut HAMKA dalam tafsirnya, Al-Azhar, diambil dari rumpun kata wiqayah yang berarti memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Allah SWT. Memelihara jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Memelihara segala perintah-Nya supaya dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri. [1]

Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah berkata: “Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah...." [2]

Dengan mengenal takwa ini, maka sahabat sholihah bisa mengetahui apa saja yang harus diperbuat agar bisa merasakan takwa. Tak lain adalah harus patuh sama Allah, yakni menjalankan perintah Allah dan menjaga agar kewajiban dapat dijalankan. Perintah yang mana?Tentunya bukan hanya puasa bukan?

Untuk menjawabnya maka kita perlu melihat pada surat Al-baqarah ayat 208, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Allah ta’ala berfirman menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syari’at; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir Ibn Katsir 1/335). [3]

So, sahabat shalihah sudah terjawab kan pertanyaannya? Yup, memang bertakwa itu predikat bergengsi, ndak auto didapatkan hanya dengan satu amalan. Sehingga disinilah pentingnya kesadaran bagi kita untuk mulai menyesuaikan perbuatan dengan yang Allah tuntunkan.  Mulai beramal sesuai perintahNya tanpa terkecuali. Sebab hanya dengan itu, takwa dapat dicapai dan dirasakan. []

Referensi:
1. https://www.republika.co.id/berita/q4wqz5430/saat-abu-hurairah-ditanya-arti-takwa
2. https://rumaysho.com/2851-apa-itu-takwa.html
3. https://muslim.or.id/2067-kaffah-dalam-beragama.html

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar : http://in.pinterest.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar