Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Mengenalkan Konsep Kaya dan Bahagia Pada Anak

Rabu, 13 April 2022


Oleh: Ummu Diar

Anak-anak masa kini adalah anak-anak yang dekat dengan media. Mereka piawai menggunakan gadget, entah itu tablet, smartphone, komputer atau sekedar otak-atik remote TV. Dari piranti tersebut banyak yang memanfaatkannya untuk belajar mencari informasi, menyelesaikan tugas sekolah, atau bahkan hanya sekedar menonton dan bermain game.

Di antara sekian informasi yang belakangan ini tersaji pada anak, adalah fenomena yang berkaitan dengan crazy rich. Pemberitaan online ataupun di layar televisi sering menayangkan terkait ini. Tentang nilai kekayaannya, cara mendapatkannya, pola hidupnya, dan keglamoran yang sering mereka tampilkan di sosial media.

Sebagian anak mungkin ada yang sebatas melihat sepintas, sebagian bisa jadi tidak. Tidak bisa dihilangkan kemungkinan dari mereka yang melihat dari kacamata kaya dan mewahnya. Lalu dengan polosnya menyimpulkan kaya itu enak, bisa punya segala-galanya, bisa bahagia.

Maka, pada momen seperti inilah Bunda dapat mengambil kesempatan untuk menanamkan konsep kaya dan bahagia pada anak. Berangkat dari penjelasan sederhana dan pembahasaan yang bisa dicerna sesuai usia anak, setidaknya berikut hal perlu anak tahu:

1. Kaya itu boleh, tapi harus benar caranya. Pada fase ini, Bunda dapat sekaligus menguatkan konsep keimanan pada Allah di diri anak. Bahwa Allah MahaTahu, MahaMelihat, dan kelak akan menanyakan soal harta yang kita miliki di dunia. Darimana harta itu didapatkan dan dibelanjakan untuk apa saja. 

Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai 4 hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan. (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).

Selanjutnya penyampaian konsep bisa dilanjutkan dengan menunjukkan cara memiliki harta, cara menjadi semakin kaua, mana yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Sehingga ketika kelak anak ingin kaya, minimal anak sudah tahu aturannya.

2. Bersyukur dan qona'ah itu menyenangkan. Dengan berterima kasih kepada Allah atas apa yang diberikan dan juga menerima dengan rela hati atas apa saja yang Allah rizqikan kepada, maka setiap jiwa akan merasakan ketenangan. Akan bisa menikmati apa yang sudah dimiliki, bukan terobsesi dengan barang-barang lainnya yang masih belum tentu dimiliki. Dan rasa tenang, rasa puas menikmati ini adalah kebahagian yang menyenangkan.

3. Bahagia itu jika Allah ridho. Pada fase ini konsep ridho bisa dikaitkan dengan amal sholeh. Disampaikan kepada anak bahwa Allah menyukai hamba-Nya yang melakukan perbuatan baik. Yaitu melakukan perbuatan yang sesuai dengan yang Allah perintahkan, dan meninggalkan apa saja yang Allah larang. Semua perbuatan itu dikerjakan dengan landasan karena Allah, Allah suka atau tidak terhadap apa yang sedang dilakukan.

Untuk bisa melakukan perbuatan baik, anak perlu tahu dulu apa saja macamnya, dan bagaimana cara melakukannya dengan benar. Sehingga pada fase ini sebenarnya akan lebih banyak dipakai mencari tahu, digunakan belajar bagaimana agar perbuatannya dapat ridho Allah.

Dengan demikian harapannya anak akan lebih dekat dengan jalan Allah jika ingin bahagia. Sehingga sedikit demi sedikit akan membuatnya kokoh pendirian, tidak mudah tergiur dengan penampakan bahagia dengan cara show off harta benda.

Untuk menguatkan konsep bahagia itu jika Allah ridho, anak dapat pula ditunjukkan pada fakta bahwa banyak orang kaya yang merasa tidak bahagia. Yang justru hari-harinya disibukkan dengan memikirkan bagaimana kekayaannya bisa terjaga, bagaimana bisa semakin kaya. Kehidupannya jadi kurang santai, kurang merasakan kepuasan.

Dan akhirnya, mereka yang belum menemukan kebahagiaan hakiki, tidak sedikit yang stress. Lalu mengalihkan bahagianya dengan jalan yang salah, seperti memakai narkoba, menikmati hal-hal ekstrim dengan dalil menguji nyali, dll. Dan tidak sedikit yang akhirnya mengakhiri kehampaan dengan pilihan bunuh diri.

Ketiga hal di atas merupakan pilihan upaya yang bisa dilakukan Bunda sholehah untuk mengenalkan konsep bahagia dan kaya pada anak. Dengan harapan kelak mereka akan tumbuh menjadi generasi bahagia karena Allah ridho pada-Nya, bukan generasi yang hanya disibukkan menjadi kaya.[]

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Sumber gambar : http://valandstories.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar