Oleh: Ummu Diar
Menjalani puasa Ramadhan bagi muslim dewasa adalah hal biasa. Sudah pernah dilakukan berulang, disiapkan secara terencana, dan ditingkatkan kualitasnya dari tahun ke tahun. Lantas bagaimana dengan anak?
Anak-anak adalah individu yang juga akan tumbuh menjadi muslim dewasa. Anak bisa jadi sudah akrab dengan istilah puasa Ramadhan karena sudah pernah berada dan merasakan sendiri kehadiran bulan mulia ini. Namun untuk melaksanakan puasa sebagaimana muslim dewasa, belum semua anak terbiasa.
Usia anak yang belum baligh memang belum ada kewajiban khusus untuk menunaikannya. Namun kelak ketika baligh itu sampai, mereka auto wajib juga mengerjakan puasa. Sebab puasa adalah salah satu rukun Islam yang wajibnya mengikat siapapun yang mengimaninya.
Dari alasan ini, maka penting bagi bunda sholihah untuk bisa mengenalkan kewajiban puasa sejak dini. Menyampaikan bahwa ibadah bagi Allah adalah bentuk kepatuhan dan ketundukan pada-Nya. Menerangkan bahwa melaksanakan kewajiban adalah amal sholih, konsekuensi keyakinan pada penciptanya.
Ramadhan adalah momen tepat untuk memulainya. Di samping suasana islami lingkungan yang mendukung, juga karena banyak yang berpuasa. Sehingga melatih puasa di bulan ini terasa lebih ringan karena tak sendirian.
Berikut hal yang dapat dibiasakan bagi buah hati agar berhasil berlatih puasa adalah dengan senang:
1. Menyuasanakan ramadhan sebagai bulan ibadah puasa. Idealnya sounding terkait Ramadhan dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Tujuannya agar secara emosional anak terbawa untuk turut bersiap "menyambut sesuatu yang mulia" dengan turut berpuasa.
Mereka dapat dilatih untuk mencoba bertahan tidak makan dan minum sesuai usianya. Mereka juga dibiasakan memperbanyak berbuat baik dan mengurangi perbuatan yang salah. Sehingga ketika Ramadhan betul-betul sampai, sudah mulai tumbuh kebiasaan puasa dan berbuat baiknya.
2. Jika usia anak sudah mendekati baligh, maka anak perlu dijelaskan kaidah fiqih terkait puasa. Anak mulai diajak berdiskusi, disampaikan informasi terkait keutamaan puasa tuntas sampai maghrib.
Pada saat yang sama anak juga diberikan alternatif aktivitas kebaikan yang dapat mengalihkan pikirannya tentang lapar. Misalnya mengenalkan aneka macam amal sholeh yang dapat dikerjakan sesuai usianya, seraya terus dimotivasi agar bertahan mencoba melakukannya, sebab ada pahala berlipat ganda selama Ramadhan.
Dan tentu yang tak kalah penting adalah menjauhkan mereka dari hal-hal yang berpotensi membatalkan puasa. Misalnya menjauhkan makanan dan minuman agar mereka tidak tergoda, menjaga konsumsi media agar tak terpeleset pada gosip dan sejenisnya.
3. Mengingatkan bahwa puasa ini dilakukan untuk Allah semata, bulan karena diajak atau disuruh orang tua semata, bukan pula karena malu kalau ketahuan teman-temannya dalam kondisi tidak puasa.
Anak ditanamkan bahwa aktivitas ibadah apapun dikerjakan karena landasan iman. Bahwa Allah zat yang menciptakan kita tidak senang jika ibadah bukan untukNya. Bahwa Allah Maha Mengetahui apa saja, termasuk yang sembunyi-sembunyi. Sehingga anak terbiasa untuk bertahan puasa dan berbuat baik ada atau tidak orang tuanya, sebab dia merasa semua perbuatannya untuk Allah dan diketahui oleh Allah.
Perasaan ini tidak bisa muncul secara instan, tetapi harus dikenalkan-dicontohkan-dan dibiasakan. Prosesnya memang panjang dan perlu diulang-ulang, sehingga memulainya saat Ramadhan adalah sebaik-baik kesempatan. Anak senang karena banyak yang melakukan, orang tua mendapatkan peluang pahala karena menunjukkan kebaikan.
Sejauh apapun capaian anak, patut diapresiasi. Berhasil sempurna atau tidak, yang penting mereka mencoba lalu terus berusaha. Berusaha untuk patuh menjalan kewajiban sebagai konsekuensi keimanan dan berusaha menyelesaikan dengan bahagia.
Mindset ibadah dengan nyaman dan senang ini adalah pondasi penting untuk menanamkan keikhlasan dalam beribadah. Salah satu prasyarat amal kebaikan tercatat sebagai amalan sholih. Sehingga walaupun hanya dengan latihan puasa, penguatan keimanan terbuka, terbuka pula kesempatan menjadi calon orang bertakwa. []
Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com
Sumber gambar : http://id.pinterest.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar