Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Kekerasan di Bulan Ramadhan Merenggut Nyawa Generasi

Rabu, 20 April 2022



Oleh : Binti Masruroh (Praktisi Pendidikan)

Pada bulan Ramadhan masih  banyak terjadi kekerasan yang memangsa generasi. Pada 3 April 2022 lalu seorang siswa SMA Daffa (17 tahun) di Yogyakarta menjadi korban klithih hingga meninggal dunia. Fenomena seperti ini tidak terjadi kali ini saja Klithih awalnya merupakan kegiatan diluar rumah untuk mengisi waktu kosong dengan berjalan-jalan keliling kota. Namun ini berubah menjadi kekerasan di jalan yang menyasar pengendara motor. Fenomena ini membuat Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar yang humanis menjadi menakutkan dan meresahkan masyarakat. (liputan6.com 05/04/22).
Demikian pula di Bekasi, pada 5 April 2022 terjadi perang Sarung, yang memakan korban jiwa anak berusia 14 tahun. Kejadian ini berawal dari janjian Perang Sarung antar dua kelompok pemuda. Seorang terkena sabetan senjata tajam dan seorang lagi meninggal karena terkena pukulan benda tumpul. Kepolisian Resort Bekasi menetapkan 4 orang sebagai tersangka. (suara.com 07/04/22)
Di Jakarta Barat pada hari Sabtu 9 April 2022 seorang pemuda DM berusia 20 tahun juga meregang nyawa di tempat kejadian akibat terkena sabetan senjata tajam pada dada sebelah kiri saat tawuran saat bangunkan warga makan sahur. (serambinews.com 10/04/22).
Suprapto Pakar Sosiolog Kriminal UGM mengungkap aksi kejahatan klitih tidak hanya karena factor balas dendam, tapi juga bergeser pada upaya mencari musuh untuk menunjukkan eksistensi diri.
Bulan Ramadhan, bulan istimewa yang penuh berkah, yang semestinya diisi untuk  untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan justru dicederai dengan fenomena perbuatan keji  yang sangat mengerikan. Tidak hanya di satu tempat tapi di beberapa daerah.
Ketika kejahatan itu terjadi tidak hanya sekali atau dua kali, juga tidak hanya terjadi di satu tempat tetapi sudah menjadi fenomena yang sering terjadi terjadi di beberapa tempat, berarti kejahatan itu tidak hanya karena keburukan perilaku individu pelaku saja, individu berani melakukan kejahatan karena sistem yang mendukung individu tersebut untuk berbuat jahat.
Sebagaimana diketahui bahwa saat ini sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalis sekuler. Kapitalisme mengajarkan makna kebahagiaan adalah terpenuhinya kebutuhan jasadiyah. Akhirnya cara pandang masyarakat cenderung materialistis. Keluarga, terutama ibu yang seharusnya berperan sebagai ummu warobatul bait, pendidik pertama dan utama, menanamkan aqidah yang kuat pada anak, malah disibukkan oleh mencari nafkah. Sehingga anak tidak memiliki pondasi Aqidah yang kuat. Kapitalisme juga mengajarkan kebebasan berekspresi
 
Sekularisme merupakan paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya mengatur ibadah mahdhoh saja. Sekularisme juga menjadi paradigma sistem pendidikan . Pemahaman dan ajaran Islam hanya dianggap sebagai agama ritual saja, tidak ada pemahaman tentang tolak ukur perbuatan sehari-hari sesuai agama Islam. Akibatnya generasi memiliki pemahaman agama dan keimanan yang sangat minim. Generasi tidak menjadikan agama sebagai cara pandangnya. Membunuh dijadikan cara sebagai unjuk eksistensi.

Kondisi ini juga didukung oleh media massa seperti film, sinetron yang menyuguhkan konten-konten yang berbahu liberalism, seperti adanya adegan -adegan yang sengaja menghabisi nyawa orang apabila dianggap mengganggu eksistensi, kepentingan. Sistem sanksi yang diterapkan juga tidak membuat sikap jera pelaku, kadang hanya diberi sanksi pelaku dan melarang aktivitas di jalan.

Kondisi ini sangat berbeda ketika negara menerapkan sistem Islam. Islam tidak hanya dianggap sebagai agama spiritual, tetapi menjadi sistem kehidupan yang secara praktis diterapkan oleh negara. Islam menjadikan nafkah menjadi tanggung jawab suami. Sedangkan ibu dapat memaksimalkan perannya sebagai ummu warobatul bait, pendidik pertama dan umama dan menanamkan Aqidah anak-anaknya. Anak-anak akan tumbuh menjadi menjadi generasi yang penuh kasih sayang.
 
Islam menjadikan Aqidah Islam sebagai asas sistem pendidikan. Pendidikan akan mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Generasi yang memiliki Islam sebagai pola pikir dan pola sikap yang Islami. Generasi yang memiliki perilaku berdasarkan pemahaman Islam. Generasi yang menjadikan  ajaran Islam sebagai   standar  dalam setiap perbuatan.

Selain itu sistem sanksi dalam Islam sangat tegas, dan tidak bisa ditawar oleh siapapun. Membunuh dengan sengaja termasuk tindakan kriminal yang pelakunya dikenai sanksi hukuman qishash. Yaitu berupa hukuman yang setimpal yakni hukuman mati atau ganti dibunuh, apabila keluarga tidak memaafkan. Apabila keluarga memaafkan maka hukumannya dikenai diat atau denda sebanyak 100 ekor unta dan 40 ekornya sedang bunting.

Allah berfirman yang artinya “Di dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal , agar kamu bertakwa. TQS Al Baqarah :179).

Melalui surat Al Baqarah ayat 179 tersebut, Allah SWT menegaskan justru dengan hukuman qishash akan menjamin kehidupan, karena dengan hukuman yang tegas tersebut tidak akan gampang terjadi pembunuhan, seperti ketika diterapkan sistem kapitalis sekuler saat ini. Orang akan berpikir seribu kali untuk melakukan pembunuhan.
Selain itu sanksi hukum dalam Islam berfungsi sebagai jawabir (penebus dosa bagi pelaku) dan jawazir (pencegah baik bagi pelaku maupun masyarakat) untuk melakukan tindakan serupa. Sistem sanksi seperti ini hanya bisa diterapkan oleh Sistem Islam. Yakni Daulah Khilafah Islamiyyah.

Bulan Ramadhan dalam negara yang menerapkan sistem Islam akan digunakan oleh masyarakat termasuk generasi untuk berlomba-lomba dalam melakukan amal sholeh untuk mendekatkan diri pada Allah SWT,  tidak akan dibiarkan waktu demi waktu bulan Ramadhan yang penuh berkah, untuk melakuan perbuatan yang sia-sia.Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar