Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Sistem Pendidikan Islam, Solusi Tuntas Atasi Tawuran Pelajar

Jumat, 11 Maret 2022


Oleh : Erna Tristyawati (Pendidik)

Anggota Satlantas Polres Semarang menggagalkan aksi tawuran yang melibatkan sejumlah siswa SMP, di jalan utama Bawen-Salatiga, di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (14/2) petang. Delapan siswa SMP diamankan berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran ini. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor. (Republik.co.id, 15/2/2022)

Kasus yang sama terjadi di Depok, Jawa Barat, Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Para ABG tersebut tengah siaran langsung di media sosialnya untuk mencari lawan tawuran. (detik.com, 27/2/2022)

Kasus tersebut juga banyak terjadi di daerah lainnya. Bahkan seringkali pemicunya hanyalah masalah sepele, seperti saling mengolok di media sosial, unjuk kekuatan, tidak diterima ditegur, masalah asmara dan lain sebagainya. Dari konflik kecil tersebut akhirnya berkembang menjadi besar. Dari mulai ketegangan antar pribadi sampai akhirnya menjadi ketegangan antar kelompok. 

Tawuran pelajar yang terjadi berulang kali haruslah dicari akar permasalahannya. Tentu ini bukan kesalahan individu semata melainkan kesalahan sistemis, karena selalu terjadi dari generasi ke generasi. Selain tawuran antar pelajar, permasalahan lain yang dialami generasi bangsa ini seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba menambah daftar panjang buramnya pendidikan di negeri ini. 

Hampir setiap pergantian menteri pendidikan, kurikulum selalu mengalami perubahan. Dari semua kurikulum yang pernah ada selalu ditujukan untuk memperbaiki generasi bangsa ini. Namun fakta di lapangan menunjukkan tidak adanya perubahan yang lebih baik pada generasi. Mereka mengalami dekadensi moral, berkepribadian labil dan kehilangan jati diri. Adakah yang salah dari semua ini? 

Tawuran pelajar tentu tidak akan terjadi jika tidak ada penyebabnya. Penyebabnya ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah hilangnya identitas diri remaja. Ini semua karena diterapkannya sistem kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem inilah yang merusak generasi. Mengikis habis  jati diri remaja sebagai hamba Allah. Mereka memandang hidup ini hanyalah tempat untuk bersenang-senang. Padahal Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada Nya. 

Sistem sekuler telah menjauhkan generasi dari aturan agama. Agama hanyalah sekedar pelajaran di sekolah saja, tidak perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan pada akhirnya jadilah generasi ini gemar bermaksiat dan berperangai buruk. 

Sebagai pemuda, seharusnya mereka sadar betul tentang peran dan tanggung jawabnya. Bukan sekedar tahu tentang eksistensi diri demi meraih kepuasan materi. Jiwa-jiwa mereka menjadi kosong. Alhasil, mereka menjadi lebih mudah frustasi, galau, emosi tidak stabil, nirempati, hingga merasa insecure. Masalah sepele saja bisa menyebabkan mereka depresi hingga berujung bunuh diri.

Adapun faktor eksternal bisa berasal dari keluarga, lingkungan dan negara. Keluarga akan menentukan terbentuknya kepribadian seseorang. Orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan paradigma sekuler, tentu akan menghasilkan anak-anak yang hanya berorientasi pada kesuksesan duniawi. Sedangkan orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan akidah Islam tentunya akan menghasilkan generasi yang berorientasi pada kesuksesan akhirat mereka. 

Masa remaja merupakan masa paling krusial. Pada masa ini dibutuhkan peran orang tua untuk membimbing dan mendidik mereka agar berkepribadian mulia. Tidak mudah melalui masa ini. Remaja yang tidak mendapatkan bimbingan akan mudah terbawa arus sehingga mereka menjadi generasi yang rusak dan nirakhlak. 

Faktor lingkungan juga berpengaruh dalam pembentukan generasi. Lingkungan merupakan tempat anak-anak tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif pada perkembangan anak, begitupun sebaliknya. Di dalam lingkungan sekuler, agama tidak dijadikan sebagai pedoman hidup, sehingga jangan heran jika melahirkan generasi yang berbuat bebas tanpa adanya standar nilai-nilai islam, seperti pergaulan bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah, gaya hidup hedonis, berfoya-foya, penyalahgunaan narkoba dan perbuatan buruk lainnya. 

Sedangkan faktor negara ialah menerapkan kurikulum dan sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi yang berkualitas dan berkepribadian Islam. Negara harus bisa menciptakan suasana takwa pada setiap individu. Menjauhkan remaja dari paparan ideologi sekuler kapitalisme yang merusak kepribadian mereka. Menyaring semua tontonan atau tayangan yang merusak, seperti konten porno atau tayangan yang mengajarkan nilai-nilai liberal dan kebebasan. 

Selama menerapkan ideologi sekuler kapitalisme, akan sulit menghasilkan generasi unggul, cerdas dan bertakwa. Perubahan kurikulum dan kebijakan pendidikan tidak akan memberikan perubahan positif selama masih diterapkannya ideologi tersebut. 

Bagaimanakah solusi Islam mengatasi masalah generasi bangsa ini, khususnya tawuran antar pelajar?

Pendidikan dalam Islam merupakan upaya sadar dan terstruktur, serta sistematis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai abdullah dan khalifah Allah di muka bumi. Itulah tujuan pendidikan Islam. 

Pendidikan berbasis Islam menjadikan orang tua sebagai ujung tombak lahirnya bibit unggul generasi. Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak-anak. Ibu yang merupakan madrasatul ula memiliki peran penting dalam mendidik anak-anaknya. Demikian pula ayah, sebagai kepala sekolahnya. Akidah Islam merupakan basis dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Setiap anak harus dibekali keimanan dan kecintaan yang tinggi kepada Allah dan Rasul-Nya. Bekal keimanan inilah yang akan membentuk ketakwaan dalam diri mereka dan mencegahnya dari perbuatan maksiat. 

Masyarakat dalam Islam akan selalu kondusif. Melakukan amal ma’ruf nahi munkar, selalu mengajak pada ketakwaan adalah ciri masyarakat Islam. Anak akan terbentuk kepribadiannya dengan adanya contoh perilaku yang baik. 

Yang terakhir adalah negara. Tugas negara adalah menyelenggarakan pendidikan. Negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum yang berbasis akidah Islam, yang telah membuktikan mampu menghasilkan generasi emas pada masa kejayaan Islam. Sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan dan tenaga pengajar profesional juga tak kalah pentingnya harus disiapkan negara. 

Selain yang telah disebutkan di atas, negara juga berkewajiban melakukan pengawasan bagi penerapan syariat secara kaffah dan pemberian sanksi bagi setiap pelanggar syariat, seperti pelaku tawuran, pezina atau pelaku maksiat lainnya. 

Pada masa kejayaan Islam yaitu saat Islam diterapkan secara kaffah, telah melahirkan banyak generasi unggul. Tidak hanya unggul dalam dalam ilmu sains dan teknologi, tetapi juga unggul dalam ilmu agama. Islam mampu menjadi mercusuar dunia, pusat peradaban, dan diakui dunia internasional. Tidakkah kita ingin kembali ke masa itu? 

Wallahu’alam bisshawab

Note : Isi tulisan diluar tanggung jawab redaksi ibumenulis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar