Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Ucapan Natal Bentuk Toleransi Yang Kebablasan

Kamis, 06 Januari 2022


Penulis :Siti Fatimah (Pemerhati Sosial dan Generasi)


Narasi Moderasi dalam beragama saat ini tengah digencarkan. Berbagai bentuk ungkapan yang dapat berimbas pada pendangkalan akidah pun bertebaran dimana-mana.  Terlebih lagi pada moment mendekati hari Natal dan tahun baru, ada saja orang-orang yang menginginkan umat islam untuk memberikan ucapan selamat. Mereka menganggap bahwa ucapan selamat Natal merupakan bentuk toleransi antar umat beragama. Padahal, dalam islam makna toleransi merupakan pembiaran umat agama lain dalam melakukan ibadah, tidak mengganggu dan membuat keributan. Disaat umat islam tidak memberikan ucapan bukan berarti mereka tidak toleran, justru dengan diamnya umat islam itulah bentuk penghormatan terhadap mereka umat non muslim. Itulah makna toleransi dalam agama islam yang sesungguhnya, tercantum dalam surah Al-Kafirun ayat 6. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَـكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
(QS. Al-Kafirun 109: Ayat 6)

Moderasi Beragama ini juga tengah menjadi program penting penguasa, lagi-lagi toleransi menjadi alasan utamanya. Tidak membolehkan adanya anggapan agama islam merupakan agama terbaik/superior. Moderasi beragama menganggap bahwa semua agama itu sama,  semua agama baik dan mengajarkan kebaikan. Anggapan ini juga jelas keliru dan bertentangan dengan ajaran ISLAM. Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

... ۗ اَلْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْـنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَا خْشَوْنِ ۗ اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَـكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَـكُمُ الْاِ سْلَا مَ دِيْنًا ۗ ...

...."Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu."....
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 3)

Bantahan Stafsus Menag Bidang Toleransi, Terorisme, Radikalisme dan Pesantren atas pencabutan
edaran tentang pemasangan spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru merupakan bukti bahwa penguasa sangat serius dalam menjalankan program Moderasi Beragama ini. Bahkan penguasa menggelontorkan dana yang tidak sedikit. Anggaran yang semula dikeluarkan sekitar 400 miliar kini naik menjadi 3,2 triliun rupiah. Dana ini ditujukan untuk mendukung program Moderasi Beragama guna menciptakan suasana toleransi serta menangkal paham radikalisme dan terorisme. Paham-paham yang disematkan bagi kelompom-kelompok oponen yang kritis terhadap kebijakan penguasa yang merugikan rakyat. Bahkan ide moderasi agama ini juga tengah diupayakan masuk kedalam kurikulum pembelajaran di sekolah-sekolah.

Dari sini dapat terbaca bahwa arus Moderasi dalam Beragama justru mengarah pada paham Sekulerisme dan liberalisme. Mengatasnamakan Toleransi, Terorisme maupun Radikalisme demi lebih men-sekulerkan rakyat melalui Islam Moderat. Mendorong masyarakat terutama umat islam untuk meremehkan urusan prinsip agama, bahkan dalam urusan akidah yang mampu menjerumuskan mereka dalam kemurtadan. Ide yang menganggap tidak mengapa tidak berhijab asal baik hatinya, boleh pacaran asal tidak kebablasan, sah-sah saja mengucapkan selamat natal demi kerukunan umat beragama. 
Semua itu merupakan ungkapan-ungkapan dan pendapat yang sangat berbahaya .

Apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT dibuat oleh penganut Islam Moderat menjadi masalah yang digampangkan. Bahkan mereka berani memelintir makna yang terkandung dalam ayat Al-Quran dan menjadikannya sebuah pembenaran. 
Mirisnya Majelis Ulama dan partai politik islam pun mendukung kebijakan penguasa yang memberikan surat edaran untuk memasang spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru. Lagi-lagi dengan alasan toleransi.

Bila pemahaman seperti ini terus digaungkan, maka umat islam benar-benar akan terjajah pemikirannya. Umat yang seharusnya sangat berhati-hati dalam bertindak dan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman, akan dengan mudah meninggalkan identitasnya sebagai umat terbaik. 

Sekulerisme yang sebenarnya merupakan racun penghancur generasi muda akan sangat mudah menjauhkan mereka dari ketaatan, ketundukan mematuhi segala kewajiban sebagai umat islam. Kewajiban menuntut ilmu dan berdakwah ditinggalkan sehingga lebih menyukai hiburan, hidup dibawah bayangan hedonisme dan dunia fashion. Mereka diperbudak oleh angan-angan dunia dan hawa nafsu yang melenakan. Dengan demikian tak ada lagi generasi  calon pemimpin yang beriman, yang ada hanyalah pemuda-pemudi lebay, pejabat-pejabat bodoh yang tidak memahami aturan islam, berakhlak buruk dan gemar bermaksiat (korupsi).

Sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa paham Sekuler yang memisahkan aturan agama (Islam) dari kehidupan hanya membuat umat tidak memahami ajaran agamanya, jauh dari konsep halal haram dan mudah tergoda maksiat serta tidak takut akan perbuatan dosa. Sedangkan liberalisme yang memberikan kebebasan untuk berbuat dan bertingkah laku seakan memberikan ruang untuk berbuat sekehendak hati tanpa adanya batasan. Hal ini jelas-jelas tidak benar dan bertentangan dengan ajaran agama Islam yang menyandarkan segala sesuatu kepada hukum syara. Tolak moderasi beragama dan terapkan hukum islam secara keseluruhan insyaallah Allah SWT akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi karena telah memakai hukum-hukumNya dalam kehidupan. Wallahua'lam bishawab. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar