Recent Posts

Beranda

Facebook

Cari Blog Ini

Random Posts

Recent Posts

Header Ads

Popular Posts

Comments

3-comments

Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Ads block

Banner 728x90px

Courses

6-latest-350px-course

Search This Blog

Kaleidoskop Derita Anak Di Masa Pandemi

Kamis, 06 Januari 2022


Penulis : Siti Fatimah (Pemerhati Sosial dan Generasi)


Tahun baru masehi baru saja berlalu. Tahun dimana setiap detiknya menyisakan banyak sekali masalah dan juga air mata. Terlebih sudah sekitar 2 tahun pandemi membersamai. Masyarakat dipaksakan  untuk hidup berdampingan dengan virus covid-19. Banyak sekali yang telah hilang, baik itu harta maupun nyawa. Anak yamg kehilangan orang tuanya juga orang tua yang kehilangan anak-anaknya. Dampak yang ditimbulkan pandemi ini sungguh merugikan dan menyakitkan bagi semua orang  dari yang kaya apa lagi yang miskin. Angka pengangguran menjadi meningkat, pun juga dengan jumlah keluarga miskin yang ada di negeri ini jumlahnya makin bertambah. 
 Berbagai kekerasan pun terjadi  terhadap anak dan kaum perempuan baik itu secara verbal mau pun fisik. Kekerasan dalam rumah tangga tak bisa dihindarkan. Pemukulan, perkosaan, Bulliying/perundungan dan tak kalah mirisnya banyak sekali terjadi eksploitasi anak. Memperkerjakan mereka demi uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dimasa pandemi.

Hilangnya kesempatan anak untuk mendapatkan pengajaran secara tatap muka. Pandemi memaksa mereka hidup terisolasi dan mengerjakan pekerjaan sekolah melalui pembelajaran online. Hal ini mengakibatkan perkembangan motorik mereka menjadi terhambat. Hilang kesempatan mereka untuk bermain maupun melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga. Anak-anak terpaksa harus bermain di dalam rumah, dan satu-satunya aktivitas untuk menghilangkan kebosanan mereka adalah dengan bermain game yang ada dalam gadget. Dampak buruk dari berman gadget ini adalah kecanduan, selain itu terlalu lama bermain gadget dapat mempengaruhi kesehatan mata dan syaraf  pada otak yang juga dapat merusak organ  vital lainnya. 

Pembelajaran online juga membuat para orang tua tidak mampu merasa kesulitan menyediakan perangkat elektronik untuk menunjang anak-anak mereka untuk belajar secara daring. Belum lagi kebutuhan akan kuota internet yang dirasa cukup mahal sehingga banyak siswa tidak mampu tidak dapat mengikuti pelajaran. 
Pada daerah terpencil bahkan sulit sekali mendapatkan  jaringan sehingga memaksa pelajar untuk mencari sinyal di daerah perbukitan maupun pegunungan. Bahkan tersiar kabar demi mencari jaringan yang baik ada siswa yang harus kehilangan nyawa karena mengalami kecelakaan.

Dampak pandemi juga di alami oleh infant. Ancaman tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 2 tahun pun membayangi mereka. Tidak sedikit ibu-ibu yang terpapar virus corona harus merelakan kesempatan menyusui bayi demi kedelamatan buah hati. Bencana gizi buruk pada anak serta stunting pun mengintai.

Derita yang dialami baik anak-anak maupun kaum perempuan ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama sebelum pandemi covid-19 melanda. Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan dari tahun ke tahun terus saja meningkat dan dimasa pandemi ini keadaan semakin bertambah parah. Kasus kekerasan terhadap anak misalnya, kejahatan seksual yang dialami oleh mereka prosentasenya tercatat sebesar 52%. Terhitung sejak bulan Maret 2020 hingga bulan Juli 2021 terdapat 2.726 kasus. Dari tahun ke tahun kasus yang muncul semakin meningkat, hal ini menunjukkan bahwa negeri ini tengah mengalami krisis moral yang sangat mengkhawatirkan.
  
/ Penderitaan Berkepanjangan Akibat Sistem Kufur Kapitslisme/

Masalah yang dialami anak-anak ini sebenarnya bukan hanya akibat pandemi covid-19. Pandemi hanyalah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penderitaan mereka semakin bertambah parah. Sistem Demokrasi Kapitalisme yang diusung oleh negara dalam rangka mengatur kehidupan rakyat inilah yang menjadi penyebab utamanya. 
Demokrasi hanya memposisikan negara sebagai regulator saja, sebagai pembuat kebijakan. Negara tidak 100% hadir mengurusi rakyat. Kebijakan-kebijakan yang diambil pun juga tidak berpihak pada rakyat melainkan pada pemilik modal yang dahulunya menyokong  para pejabat memperoleh kedudukan dalam sistem pemerintahan.

Kapitalisme yang lebih mementingkan uang dan mencari keuntungan membuat segala sesuatuanya menjadi objek untuk dikomersialisasikan, miisalnya bidang pendidikan dan kesehatan.  
Dalam pandangan islam layanan kesehatan merupakan hak rakyat yang harus diberikan secara cuma-cuma, seandainya pun harus membayar negara harus memastikan biaya yang dikeluarkan dapat dijangkau oleh masyarakat. 
Demikian juga dengan pendidikan, semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan gratis ataupun terjangkau. 
Tidak seperti dalam sistem demokrasi Kapitalisme yang bahkan untuk tes PCR saja dikomersialkan dan diambil keuntungannya dari rakyat sendiri. Mirisnya komersialisasi tes PCR tersebut dilakukan oleh oknum pejabat yang kebal oleh hukum.

Pendididkan di era Kapitalisme relatif sangat mahal, sehingga out put yang dihasilkan oleh pendidikan sistem ini lebih mementingkan atau berorientasikan keuntungan semata. Generasi yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Kapitalisme memiliki kepribadian yang materialistik dan cenderung rentan mengalami krisis mental karena kurangnya pengetahuan tentang agama.

Belum lagi paham sekuler yang mereka adopsi benar-benar menjauhkan umat dari ketaqwaan. Memisahkan agama dari kehidupan, membuat orang untuk bebas berprilaku sehingga tidak perduli apakah perbuatan mereka itu haram dan menghasilkan dosa. Gaya hidup hedonis dan menghamburkan uang hanya demi fashion dan sosialita. Tidak adanya ruh yang menghubungkan setiap perbuatan mereka dengan Allah SWT sehingga maksiat pun tetap dikerjakan. 
Lebih parahnya lagi penguasa tengah mengencarkan arus Moderasi Beragama yang hanya mementingkan ibadah ritual dan menganjurkan untuk beragama alakadarnya sehingga yang terjadi pada umat adalah mementingkan ibadah mahdoh saja sementara maksiat pun juga dilakukan dengan berbagai macam pembenaran. 

/Islam Pembebas Umat Manusia Dari Sistem Kufur/  

Islam akan membebaskan anak-anak dari derita yang diciptakan oleh sistem kufur ini melalui berbagai macam cara dan langkah. Untuk mengatasi pandemi ini pemerintah islam akan menggunakan metode Rosulullah dalam menghadapi wabah. Melarang siapa saja untuk  berpergian menuju daerah yang terkena wabah, sementara itu orang yang daerahnya tengah dilanda wabah maka mereka dilarang untuk keluar dari daerahnya tersebut. Pada era modern metode ini dikenal dengan istilah karantina wilayah. 
Keluarga yang terdampak akan mendapatkan bantuan dari pemerintah Islam sehingga mereka tidak mengalami kelaparan. Dengan demikian wabah tidak akan dapat menyebar, metode ini juga mampu meminimalisir akibat yang ditimbulkan oleh wabah itu sendiri. 

Pemerintah islam akan menyediakan sandang pangan dan papan. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi kaum laki-laki sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Masalah gizi buruk dan stunting dapat diatasi karena rakyat bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan dan penghadilan. 
Sistem perekonomian Islam mengharamkan riba dan memberiakan kemudahan dalam permodalan. Pemerintah mengharamkan akod-akod yang batil dan spekulatif yang dapat merugikan orang lain.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّ ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَا لُوْۤا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰوا ۘ وَاَ حَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا ۗ فَمَنْ جَآءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَا نْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَ ۗ وَاَ مْرُهٗۤ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَا دَ فَاُ ولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّا رِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)

Sistem pemerintahan Islam emberikan pelayanan kesehatan secara gratis ataupun terjangkau. Sangat memperhatikan pendidikan karena dunia pendidikanlah yang kelak akan melahirkan generasi-generasi yang tangguh. Sistem pendidikan yang menguatamakan akidah yang lurus, mengenalkan konsep ketuhanan, skala prioritas dalam melakukan pekerjaan serta mengenalkan apa itu dosa dan pahala sejak dini. 
Memberikan perlindungan terhadap konten-konten yang tidak mendidik dan  merusak. Mengajarkan kepada anak-anak untuk menghormati orang tua dan guru sehingga memiliki akhlak yang  baik. Dengan demikian mereka akan takut melakukan maksiat karena akan mengundang kemurkaan Allah SWT.

Dengan menerapkan sistem Islam secara keseluruhan maka akan tercipta kehidupan yang harmonis. Segala bentuk kekerasan terhadap anak dan kaum perempuan tidak akan terjadi karena semua aspek yang dipraktekkan dalam aturan Islam meminimalisir terjadinya segala macam bentuk kejahatan bahkan mencegahnya sebelum keburukan itu terjadi. Sistem pemerintahan Islam dengan institusi Khilafah akan menjaga dan melindungi umat berdasarkan aturan-aturan Allah SWT.

 Wallahua’lam bish shawab.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar